Pedagang Pasar Tradisional Curhat ke Gus Fawait: Retribusi Tinggi, Manajemen Buruk

JEMBER – Kondisi pasar tradisional di Kabupaten Jember kian hari semakin terpuruk, terutama yang ada di pusat kota seperti Pasar Tanjung.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya retribusi tinggi, bangunan yang semakin usang, manajemen pasar yang buruk, hingga minimnya sarana ibadah.

Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kabupaten Jember, Muhadi, mengatakan para pedagang pasar telah mengeluhkan kondisi ini kepada pemerintah setempat, namun sayangnya hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan diperbaiki.

Padahal waktu kampanye empat tahun lalu, mereka datang ke pasar dan berjanji bakal menata pasar, termasuk memperbaiki infrastruktur pasar seperti mandi cuci kakus (MCK) dan area parkir.

“Dulu ada Paslon yang datang ke pasar waktu kampanye Pilkada. Janjinya mau perbaiki pasar, tapi tidak ada perbaikan sampai sekarang,” ucap Muhadi dalam acara deklarasi dukungan terhadap Paslon Gus Fawait – Djoko, Jumat (11/10/2024).

Muhadi berharap, tokoh yang akrab disapa Gus Fawait ini dapat memberikan perhatian serius dan menyelesaikan permasalahan di pasar tradisional jika berhasil terpilih menjadi Bupati Jember di Pilkada 2024.

“Kalau Gus Fawait saya yakin amanah. Kami mendukung Gus Fawait karena ada sebab, yaitu karena beliau punya visi misi untuk memperhatikan pasar, kalau Paslon di sebelah tidak ada,” ujar Muhadi.

Sementara, Gus Fawait, yang mendengarkan langsung keluhan pedagang terkait kondisi pasar yang sangat memprihatinkan, memastikan bahka pihaknya akan menyelesaikan persoalan yang terjadi di pasar, terutama soal retribusi.

“Saya menjalankan pesan Pak Prabowo, bahwa sebagai pemimpin harus memperhatikan pedagang tradisional, karena mereka salah satu penyangga ekonomi. Makanya, saya pastikan retribusi akan turun 100 persen,” tegasnya.

Selain itu, Gus Fawait juga memastikan bakal menata kembali manajemen pasar yang saat ini kurang optimal, termasuk membangun fasilitas ibadah yang representatif.

“Di samping berjualan cari nafkah, mereka juga ingin beribadah. Sangat disayangkan kalau tempat ibadah saja tidak ada, padahal Jember ini terkenal dengan kabupaten yang memiliki jumlah pesantren terbanyak se-Indonesia,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *