Budaya  

Teaterikal Zaman Penjajahan dalam Karnaval Budaya Desa Lampeji Jember: Ditendang, Diseret, Lalu Dibantai dengan Sadis

Teaterikal dalam karnaval budaya di Desa Lampeji: Menggambarkan para penjajah saat menyiksa penduduk lokal. (Foto: Teamwork)
Teaterikal dalam karnaval budaya di Desa Lampeji: Menggambarkan para penjajah saat menyiksa penduduk lokal. (Foto: Teamwork)

JEMBER – Penampilan teatrikal yang menggugah hati diperagakan dalam karnaval budaya di Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (29/9/2024).

Dalam penampilan teatrikal ini, para peserta karnaval menggambarkan adegan penyiksaan kejam yang dialami oleh para penduduk lokal selama masa penjajahan.

Mereka mengenakan pakaian yang berlumuran gincu warna merah menyerupai darah dengan wajah yang menunjukkan penderitaan dan ketidakberdayaan.

Simbol-simbol penjajahan diperlihatkan secara gamblang melalui adegan, di mana beberapa peserta tampak disiksa oleh figur yang mewakili penjajah.

Hal itu menggambarkan praktik penyiksaan tidak manusiawi yang sering dilakukan selama era kolonial.

Adegan ini bukan hanya sekadar tontonan, melainkan sebuah pengingat bagi masyarakat terhadap penderitaan yang dialami nenek moyang mereka.

Sontak penampilan ini menarik perhatian warga sekitar yang tampak antusias menyaksikan karnaval ini dan terlibat secara emosional dengan pertunjukan yang mengingatkan mereka pada sejarah kelam Indonesia.

“Saya merasakan betapa menderitanya nenek moyang kita. Lihat itu disiksa aja sudah ikut merasakan sakitnya,” ucap Yati, salah seorang penonton.

Sementara, Kepala Desa Lampeji, Ary Wahyudi, mengatakan bahwa karnaval ini tidak hanya sebagai hiburan, melainkan juga sebagai media pendidikan bagi masyarakat, khususnya generasi muda.

“Penampilan teatrikal ini bertujuan untuk mengingatkan kita semua, terutama generasi muda, agar tidak melupakan sejarah bangsa ini,” ucap Yudi, sapaan akrabnya.

Selain itu, Yudi berharap kegiatan semacam ini dapat memperkuat rasa nasionalisme dan cinta tanah air di kalangan masyarakat. 

“Dengan memahami sejarah, masyarakat diharapkan dapat lebih menghargai kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata oleh para pahlawan bangsa,” tandasnya.

Karnaval ini juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk para tokoh masyarakat dan pemerintah setempat. 

Banyak yang berharap agar kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan setiap tahun, tidak hanya di Desa Lampeji, tetapi juga di desa-desa lainnya sebagai bagian dari peringatan Hari Kemerdekaan atau acara penting lainnya yang relevan dengan sejarah perjuangan bangsa.

(Penulis: Zainul Hasan / Zona Indonesia)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *