Menguak Misteri Blambangan Kuno Abad 13 Sampai 14 Bersama Pak De Thomas

Pak De Thomas saat diwawancarai Jurnalis zonaindonesia.co.id, Kamis (4/4/2024). (Foto: Asep Ripkiyanto)
Pak De Thomas saat diwawancarai Jurnalis zonaindonesia.co.id, Kamis (4/4/2024). (Foto: Asep Ripkiyanto)

BANYUWANGI – Kerajaan Blambangan yang menjadi cikal bakal Banyuwangi menyimpan banyak kisah yang cukup menarik untuk dipelajari.

Ketenarannya di masa lalu tentu menjadi kekayaan sejarah, apalagi saat berada di puncak kejayaannya sebagai kerajaan yang berkuasa di ujung timur Pulau Jawa.

Kisah epik Blambangan ini tertuang dalam sebuah buku buah karya Thomas Racharto dengan judul ‘Blambangan Kuno’.

Pak De Thomas, sapaan akrabnya, menuliskan secara gamblang soal kisah Blambangan dengan bahasa yang runtun dan mudah dimengerti.

Selain itu, data-data sejarah Blambangan juga tertulis dengan cukup lengkap dan utuh.

Tak ayal jika buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh semua kalangan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Bumi Blambangan, baik pelajar maupun sejarawan.

Saat jurnalis zonaindonesia.co.id berkunjung ke kediamannya, Pak De Thomas langsung menyambut hangat.

Kemudian, beliau mengajak untuk menelusuri museum miliknya yang ia beri nama Omahseum sembari mengulas secara ringkas buku yang menjadi karyanya.

Menurut Pak De, kisah Blambangan yang tertulis dalam buku ini dimulai sejak periode 1294 Masehi hingga 1352 Masehi.

Di mana kala itu Blambangan masih menjadi desa yang kuat hingga bertransformasi menjadi kerajaan bercorak Hindu – Budha.

Pak De Thomas juga menerangkan bagaimana era Kerajaan Singasari di rentang waktu yang sama.

Kala itu, pulau jawa terbagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah barat dan timur.

Di wilayah timur, ada Jember dan Lumajang, bentuknya masih sebuah pedesaan, namun sama kuatnya seperti Blambangan.

“Lokasi fitur lungur (sisa bangunan kerajaan) untuk saat ini berada di Desa Tembok Rejo, Muncar. Untuk lebih detail semua ditulis di buku. Namun, buku pertama ini bercerita hanya sampai abad 14,” ungkap Pak De Thomas.

Kabar baiknya, buku berikutnya akan segera terbit beberapa bulan lagi sebagai lanjutan dari buku seri pertama ini.

(Penulis: Asep | Editor: Zainul Hasan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *