BANYUWANGI – Kabar gembira datang dari Ibukota! Presiden Joko Widodo menganugerahkan Bintang Budaya Parama Dharma kepada almarhum KH Ali Manshur, pencipta Selawat Badar yang terkenal di seluruh Indonesia.
Penghargaan ini diberikan atas dedikasi beliau dalam menciptakan selawat tersebut, yang diiringi oleh kisah menarik tentang masa tinggalnya di Banyuwangi pada medio 1959-1967.
“Selawat Badar ini punya ikatan kuat dengan Banyuwangi. Sebagai warga Banyuwangi, kami turut bangga atas penganugerahan ini,” ungkap Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, yang turut menyaksikan penganugerahan tersebut.
Penghargaan tersebut diterima langsung oleh putra sulungnya, KH Ahmad Syakir Ali, dan putra bungsunya, Gus Saiful Islam.
“InsyaAllah Banyuwangi turut mendapat berkah dari selawat Badar yang diciptakan Kiai Ali Manshur semasa beliau di Banyuwangi,” imbuh Ipuk.
Bupati Ipuk juga mengungkapkan bahwa Banyuwangi kini tengah membangun landmark-landmark yang berkaitan dengan Selawat Badar, seperti di Banyuwangi Theme Park.
“Ke depan tentu perlu didorong lebih banyak lagi untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa selawat tersebut diciptakan di Banyuwangi,” ujarnya.
KH Ahmad Syakir Ali, putera KH Ali Manshur, menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung proses penciptaan dan penyebaran Selawat Badar.
“Sedikit banyak tentu terinspirasi oleh Banyuwangi,” ujarnya.
Ayung Notonegoro, penulis buku “Selawat Badar: dari Banyuwangi untuk Dunia”, mengungkapkan bahwa teks selawat tersebut mencerminkan kondisi sosio-politik di Banyuwangi pada masa Orde Lama.
“NU Banyuwangi menyebarluaskan Selawat Badar yang aransemennya rancak dan penuh semangat sebagai dinamika situasi saat itu,” pungkas Ayung.