Masya Allah, Meski Alami Gangguan Jiwa, Warga Jember Ini Tetap Ingat dengan Wali Allah dan Sesosok Ulama Ini

Syamsul Arifin
Syamsul Arifin, saat ditemui tim Brichio.com, Rabu (12/7/2023). (Foto: Tim kreator Brichio.com)

Brichio.com, JEMBER – Syamsul Arifin, warga Dusun Sukmoilang, Desa Pace, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, disebut mengalami gangguan jiwa sejak beberapa hari lalu. Bahkan ia dipasung oleh keluarganya sendiri di rumahnya.

Menurut penuturan keluarganya, sikap Syamsul memang berubah drastis sejak 11 hari lalu, sepulangnya dari Gunung Gumitir. Ia suka mengamuk layaknya orang kesurupan. Ia membanting semua benda yang ditemui didepannya. Omongannya juga ngelantur. Kadang tiba-tiba tertawa sendiri seperti sedang bercanda dengan seseorang.

Syamsul, sapaan akrabnya, masih bisa diajak berkomunikasi dengan siapapun secara normal. Ia juga menanggapi percakapan seperti biasanya. Bicaranya mengalir, sesuai tema obrolan lawan bicaranya.

Sebelum dipasung, Syamsul merupakan penjual burung. Ia juga memiliki kios yang menjual beraneka macam pakan burung. Letaknya di Kecamatan Silo. Hingga sekarang kiosnya masih ada, sayangnya tidak terpakai lagi.

Saat ditanya soal burung, mudah saja ia menjawab dengan detail. Penjelasannya soal burung banyak yang benar. Seperti jenis-jenis burung, pakan burung, hingga cara merawat burung, mampu ia beberkan dengan runtut.

Memang dalam beberapa perkataannya, ada yang kurang masuk di logika. Bisa dibilang ngelantur. Seperti sering didatangi Wali Allah atau salah seorang ulama karismatik asal Situbondo, Kiai Kholil As’ad.

Soal sering didatangi Wali Allah dan ulama ini, memang sering ia sampaikan di hadapan orang-orang yang menghampirinya. Kata-kata sama, diulang-ulang, persis seperti orang hafalan.

Bagi yang waras, omongan Syamsul tentu dianggap mengada-ada. Pasti itu sebuah halusinasi. Tapi baginya, didatangi Wali Allah dan ulama merupakan sesuatu yang nyata. Ia mengaku melihat tepat dihadapannya. Itu benar, bagi Syamsul. Setidaknya, bagi dunia halusinasinya.

Dibanding saudara atau keluarganya, Syamsul lebih mengingat Wali Allah dan ulama itu. Ia sangat mengaguminya. Ia juga menjadikannya teladan dalam perjalanan spiritualnya.

Wali Allah yang sering ia sebut-sebut adalah sosok Almarhum Kiai As’ad, pengasuh ke-2 Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Banyuputih, Situbondo. Sedangkan ulama yang sering ia sebut adalah sosok Kiai Kholil yang tak lain adalah putra dari Almarhum Kiai As’ad.

Selain kedua sosok itu, ada juga beberapa ulama lagi yang sering ia sebut. Ia memanggilnya Lora Mu’i dan kiai sepuh pengasuh Pondok Pesantren di Tempurejo. Pada sosok ulama ini, Syamsul sangat mengagumi ketinggian ilmu spiritualnya. Ia juga menganggapnya bersih dan ahli wudhu. Doanya juga diyakini sangat mustajab.

Ketika orang yang mengunjunginya pamit undur diri, Syamsul tak lupa mengucapkan terima kasih. Ia juga meminta agar tetap berkomunikasi sebagaimana biasanya.

Penulis: Zainul Hasan | Editor: Hermanto