JEMBER – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember menggelar acara Bonding Alumni yang dirangkai dengan Diseminasi dan Bedah Buku berjudul “Pengembangan SDM Modern: Mengoptimalkan Training Needs Assessment (TNA) Berbasis Social Network untuk Kinerja Unggul” karya Selfi Budi Helpiastuti, Jumat (9/5/2025).
Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh penting, di antaranya Anggota Komisi X DPR RI Muhammad Nur Purnamasidi, serta perwakilan dari Rektor UNEJ dan tamu undangan lainnya.
Bupati Jember, Muhammad Fawait atau Gus Fawait, turut hadir secara daring dalam acara yang berlangsung di Aula FISIP UNEJ tersebut.
Dalam keterangannya, Muhammad Nur Purnamasidi menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi langkah nyata membangun kolaborasi antara dunia akademik dan pemerintah daerah, khususnya dalam penguatan pelayanan publik.
Polisiti yang akrab disapa Bang Poer ini menilai bahwa banyak hasil riset dari perguruan tinggi yang belum terhubung langsung dengan pelaksanaan program di tingkat daerah.
“Pelayanan publik secara teoritis dan praktis sebenarnya sudah tersedia di perguruan tinggi, hanya saja belum dikolaborasikan dengan pemerintah daerah. Maka hasil adopsinya belum maksimal,” ujar Bang Poer.
Menurutnya, kehadiran institusi pendidikan seperti FISIP UNEJ yang lengkap dengan teori dan praktik adalah aset strategis yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk memperbaiki sistem pelayanan publik di berbagai sektor, seperti pendidikan dan kesehatan.
“Saya sebagai alumni merasa perlu menyampaikan ke pemerintah daerah bahwa komunitas akademisi ini sudah memiliki laboratorium lengkap. Kalau diajak kolaborasi, biayanya lebih murah daripada harus mengundang dari Jakarta atau Surabaya,” ujarnya.
Bang Poer juga menyinggung soal pelayanan publik yang seharusnya melibatkan suara masyarakat sejak awal.
Model pelayanan ideal, menurutnya, adalah yang menyerap kebutuhan warga sebelum diterapkan, sehingga pola pelayanan yang dihasilkan benar-benar sesuai harapan publik.
“Pelayanan jangan instruktif dari atas. Tanyakan dulu ke masyarakat, mereka ingin dilayani dengan model seperti apa. Lalu dari situ kita bentuk polanya,” jelasnya.
Gagasan dalam buku yang ditulis Selfi ini, menurut Bang Poer, juga dapat dijadikan dasar memperkuat kerja sama antara akademisi dan birokrasi, agar pelayanan publik tidak hanya efisien, tetapi juga berdampak langsung pada peningkatan kepuasan masyarakat.
Sementara itu, Selfi Budi Helpiastuti dalam sesi wawancara memaparkan gagasan utama dari bukunya yang menitikberatkan pada perubahan pendekatan pelatihan sumber daya manusia, khususnya aparatur sipil negara (ASN).
Dia mendorong pelatihan yang bersifat partisipatif, bukan lagi top-down seperti yang selama ini berlangsung.
“Selama ini pelatihan bersifat top-down, padahal tidak semua sesuai dengan kebutuhan para karyawan. Saya ingin model pelatihan yang bottom-up, agar benar-benar sesuai dengan kompetensi mereka,” tutur Selfi.
Dia mengaku menulis buku ini karena berangkat dari pengalaman pribadi sebagai penyelenggara maupun peserta pelatihan.
Menurutnya, sering kali pelatihan yang diadakan tidak selaras dengan kebutuhan peserta, padahal sudah menghabiskan anggaran.
“Sayang sekali jika pelatihan tidak sesuai harapan. Maka saya menulis buku ini agar bisa memberi inspirasi bagi pengambil kebijakan dalam menyusun pelatihan yang tepat sasaran,” pungkasnya.