Brichio.com, JEMBER – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember mengedukasi masyarakat tentang bahasa isyarat tunarungu.
Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam berkomunikasi dengan tunarungu, terutama dalam kondisi genting seperti sedang terjadi bencana dan lainnya.
“Harus ada yang menyampaikan (informasi adanya bencana – red), agar mereka bisa bergerak,” ucap Kepala BPBD Jember, Widodo Julianto, seusai apel gelar logistik dan peralatan serta peresmian tenda edukasi pendidikan bencana di Alun-alun Jember, Senin (4/12/2023).
Edukasi bahasa isyarat tersebut merupakan salah satu upaya BPBD Jember dalam melindungi masyarakat dari ancaman bencana alam.
“Kalau untuk lingkungan keluarga, kita sudah meluncurkan Katana. Nah, ini lebih khusus lagi ke penyandang disabilitas yang menjadi bagian daripada korban,” bebernya.
Sementara, praktisi pendidikan bahasa isyarat, Nurhayati, mengatakan tunarungu tidak sama dengan orang sakit, melainkan hanya memiliki keterbatasan indera.
“Kalau berkomunikasi dengan tunarungu itu tidak cukup dengan gerak bibir saja, tapi juga harus ditambah bahasa isyarat saja,” ujarnya.
Bagaimana cara berkomunikasi yang efektif dengan penyandang tunarungu?
Menurut Nurhayati, salah satu cara efektif berkomunikasi dengan tunarungu adalah menggunakan tulisan, baik di kertas maupun smartphone.
“Tunarungu juga lebih paham bahasa isyarat dibandingkan bahasa bibir, meskipun tunarungu pakai alat bantu dengar (ABD),” ungkapnya.
Nurhayati juga mengingatkan orang tua yang memiliki anak tunarungu sejak kecil, agar dibiasakan melatih berkomunikasi melalui gerak bibir hingga ia paham.
“Ada tunarungu yang lebih suka ngobrol dengan bahasa verbal dan isyarat, dan ada juga yang hanya suka bahasa isyarat saja tanpa verbal. Jadi kenali dulu tipikalnya mereka,” pungkasnya.
Peserta terdiri dari relawan sosial anggota Destana, masyakarat umum, dan lainnya.
Penulis: Zainul Hasan | Editor: Hermanto