JEMBER – Proyek multiyears senilai Rp19 miliar yang membangun jalan raya jaring-jaring Kencong-Tanggul di era Bupati Hendy Siswanto menjadi sorotan.
Pasalnya, kondisi jalan yang baru selesai dibangun beberapa waktu lalu itu kini rusak parah, retak, hingga aspal mengelupas di sepanjang hampir 2 kilometer.
Warga menduga, hal itu karena lemahnya kualitas proyek yang seharusnya menjadi penopang mobilitas dan ekonomi masyarakat.
Kerusakan ini membuat puluhan warga yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Jalan Rusak (MPJR) tergerak.
Hari ini, Minggu (27/4/2025) sore, mereka melakukan perbaikan darurat dengan menambal lubang-lubang besar menggunakan tanah padas hasil patungan.
“Kami sudah melihat sendiri rusak parahnya jalan raya ini, padahal ini baru dibetulkan pada masa bupati yang dahulu,” kata Ketua MPJR, Nency Lafiana.
Langkah darurat ini dilakukan untuk mencegah kecelakaan lalu lintas, mengingat jalan selebar hampir 4 meter itu menjadi jalur utama warga.
Nency menegaskan, selain membantu sesama pengguna jalan, aksi ini juga bertujuan menggugah pemerintah agar tidak lagi abai terhadap kualitas pembangunan.
“Kami hanya melakukan edukasi kepada masyarakat agar bersama-sama peduli jika ada hal serupa terjadi, selain itu agar pemerintah yang sekarang ketika membangun tidak asal-asalan agar hal ini tidak terjadi lagi. Karena sudah banyak korban di sini akibat jalan rusak,” jelasnya.
Di lokasi, tampak puluhan titik jalan berlubang telah ditambal tanah padas.
Pihak aparat Kecamatan Kencong ikut mengawal jalannya kegiatan, bahkan membantu melakukan rekayasa lalu lintas agar pekerjaan berjalan lancar.
Apresiasi datang dari pengguna jalan. Tukiran (46), warga Kecamatan Semboro yang bekerja sebagai sales dan setiap hari melintas di jalur tersebut, menyampaikan rasa terima kasih.
“Terima kasih, Pak, sudah dilakukan penambalan meski pakai tanah. Hal ini agar pengguna jalan seperti kami tidak terjatuh saat berebut jalan yang bagus saat melintas di kawasan ini,” jelas Tukiran.
Tak hanya menambal, MPJR juga menggalang sumbangan sukarela dari para pengguna jalan.
Dana tersebut digunakan untuk membeli tanah uruk tambahan, guna memperluas area jalan yang ditambal.
Kondisi ini membuka mata bahwa proyek infrastruktur bernilai miliaran rupiah bisa hancur dalam waktu singkat bila dikerjakan tanpa standar kualitas yang benar.
Aksi warga menjadi bukti nyata betapa mendesaknya evaluasi menyeluruh terhadap pembangunan di Kabupaten Jember.